THE DHAMMAPADA atau jalan kebenaran, dan pengantar ajaran Buddha yang mulia

Bagi Buddha, ketidaktahuan adalah penyebab dari semua kesengsaraan dunia dan hanya pengetahuan tentang diri sendiri dan hubungan seseorang dengan Rencana Besar yang dapat memerangi ketidaktahuan ini. Baginya ada dua jalan, satu untuk orang bebal, dipaksa untuk berbalik terkait dengan Roda Kehidupan dan Kematian dalam arti tersempit; dan yang lain untuk orang bijak yang, dengan sepengetahuan dirinya sendiri dan kendali diri, bisa membebaskan dirinya dari bara yang dahsyat itu melekat dalam penderitaan, dan dengan demikian bisa menemukan Jalan Tengah.

Siddharta Gautama tinggal di India 600 SM. Dia adalah putra mahkota klan Shakya. Sebagai seorang anak ayahnya diberitahu bahwa putranya akan menjadi seseorang yang sangat istimewa. Yang satu ini takut kalau putranya melarikan diri dari kerajaannya mengurungnya di sebuah istana di mana dia tidak bisa mengetahui sesuatu yang tidak menyenangkan. Suatu hari, ketika dia menikah, dia berhasil melarikan diri dan mengunjungi dunia untuk pertama kalinya dan kenyataan pahitnya. Dia tahu penyakitnya, usia tua dan kematian. Hal ini menyebabkan keributan di hati Siddharta muda, yang memutuskan untuk meninggalkan segalanya untuk menemukan apa yang menyebabkan pria menderita. Selama bertahun-tahun ia mengikuti semua guru yang ia temukan, tetapi tanpa guru ia mencapai apa yang diinginkannya. Dengan 35 tahun ia menempatkan dirinya di bawah pohon, dan menceritakan legenda, bahwa saat bermeditasi hewan dan tanaman melindunginya sehingga ia tidak mengalami panas. Di bawah pohon ia menjadi Buddha, yang tercerahkan, dan sejak saat itu ia mendedikasikan dirinya untuk menyebarkan ajarannya.

Bagi orang bijak, kehidupan yang dijalani di sini adalah kesempatan untuk menyingkirkan pemberat yang telah menumpuk di masa lalu, untuk menyingkirkan pendapat dan sudut pandang mereka, konsepsi hidup dan mati mereka, dan meninggalkan semua itu kembali untuk mulai menapaki Jalan Tengah.

Empat Kebenaran Mulia

Buddha menjelaskan bahwa ada empat kebenaran mulia yang mengatur segalanya:

1- Berada sebagai kepribadian yang terpisah mengutuk penderitaan dan rasa sakit.
2 - Penyebab utama kesengsaraan adalah keinginan untuk memiliki dan memelihara yang dimiliki.
3 - Pembebasan rasa sakit dicapai dengan membuang semua keinginan kecuali dari pengetahuan yang benar.
4 - Jalan pembebasan dan lenyapnya semua yang bertentangan adalah jalan mulia beruas delapan, jalan keabadian.

Sepuluh perintah Buddha.

1- Jangan membunuh, artinya tidak berbahaya dalam segala hal dan dengan semua orang.
2- Jangan mencuri.
3- Jangan melakukan perzinaan.
4 - Jangan berbohong.
5 - Jangan minum minuman beralkohol dan menjalani kehidupan yang sederhana, karena kesederhanaan adalah pertanda kebijaksanaan, sedangkan komplikasinya adalah ketidaktahuan.
6- Makan pada waktu yang ditentukan.
7- Jangan menghias.
8- Lakukan kerendahan hati.
9- Jangan berpartisipasi dalam hiburan duniawi.
10- Tidak memiliki atau menerima harta.

Dua hukum agung

1-Setiap individu adalah persis apa yang telah ia dapatkan haknya dan berada di tempat yang telah mendapatkan haknya untuk menjadi. Ini adalah hukum reinkarnasi.
2 - Setiap efek di alam sama dengan penyebab yang menghasilkannya. Di dunia spiritual, tindakan dan reaksi sama. Ini adalah hukum karma.

Dua kebajikan agung

1- Kebijaksanaan terbesar adalah untuk dapat mengenali bahwa kebaikan ada dalam semua hal. Belajarlah untuk tidak menghakimi atau mengkritik hal-hal tetapi hanya mencintai mereka dan melayani tanpa keegoisan dan tanpa cadangan.
2 - Praktekkan pelepasan diri.

Jalan mulia beruas delapan yang harus diikuti untuk membebaskan diri dari roda kelahiran dan kematian.

1- Keyakinan lurus.
2- Aspirasi lurus.
3- Kata Lurus.
4- Perilaku yang benar.
5- Paruh kanan kehidupan.
6- Upaya yang lurus.
7- Perhatian langsung.
8- Meditasi lurus.

Dikutip dari buku Ajaran Buddha yang mulia dari Banyak P. Hall.

Kami melampirkan video kehidupan Buddha.

> Dilihat di: http://www.pensamientoconsciente.com/?p=863

THE DHAMMAPADA

-JALAN RECTITUDE-

Indeks

Bab 1: Ayat Kembar

Bab 2: Perhatian

Bab 3: Pikiran

Bab 4: Bunga

Bab 5: Bodoh

Bab 6: Orang Bijaksana

Bab 7: Yang Jujur

Bab 8: Ribuan

Bab 9: Jahat

Bab 10: Hukuman

Bab 11: Usia tua

Bab 12: Kontrol Diri

Bab 13: Dunia

Bab 14: Sang Buddha

Bab 15: Kebahagiaan

Bab 16: Lampiran

Bab 17: Kemarahan

Bab 18: Kotoran

Bab 19: Orang Benar

Bab 20: Jalan

Bab 21: Lain-lain

Babak 22: Kesialan

Bab 23: Gajah

Bab 24: Avidity

Bab 25: Biksu

Bab 26: Yang Mulia

Bab 1: Ayat Kembar

1. Semua negara menemukan asal mereka dalam pikiran. Pikiran adalah fondasinya dan merupakan ciptaan dari pikiran.
Jika seseorang berbicara atau bertindak dengan pikiran yang tidak murni, maka penderitaan mengikuti dengan cara yang sama seperti roda mengikuti kuku sapi ...

2. Semua negara menemukan asal mereka dalam pikiran. Pikiran adalah fondasinya dan merupakan ciptaan dari pikiran.
Jika seseorang berbicara atau bertindak dengan pikiran murni, maka kebahagiaan mengikutinya seperti bayangan yang tidak pernah meninggalkannya.

3. "Dia menganiaya saya, dia memukul saya, dia mengalahkan saya, dia mencuri saya." Kebencian terhadap mereka yang menyimpan pemikiran seperti itu tidak pernah padam.

4. "Dia menganiaya saya, dia memukul saya, dia mengalahkan saya, dia mencuri saya." Mereka yang tidak memiliki pikiran seperti itu terbebas dari kebencian.

5. Kebencian tidak pernah padam oleh kebencian di dunia ini; Itu hanya keluar melalui cinta. Seperti itulah hukum abadi kuno.

6. Banyak yang tidak tahu bahwa ketika kita berselisih, kita binasa; tetapi mereka yang memahaminya sepenuhnya menahan perselisihan mereka.

7. Kepada orang yang hidup terikat pada kesenangan, dengan indera yang tidak terkendali, tanpa makanan yang moderat, kurang ajar, tidak aktif, ia dirobohkan oleh Mara itu, ketika angin merobohkan pohon yang lemah.

8. Dia yang hidup sadar akan ketidakmurnian, dengan indera yang terkendali, dimoderasi dalam makanan, penuh iman, penuh energi penopang, tidak akan dirobohkan oleh Mara itu, karena angin tidak akan menurunkan gunung.

9. Siapa pun yang tidak memiliki kendali diri dan tidak tetap dalam kebenaran, bahkan jika ia mengenakan jubah kuning, ia tidak layak mendapatkannya.

1O. Orang yang telah membebaskan dirinya dari semua cacat, ditegakkan dalam moralitas dan dikeraskan dalam pengendalian diri dan kebenaran, yang demikian layak untuk jubah kuning.

11. Mereka yang membayangkan yang tidak-esensial sebagai esensial dan yang esensial sebagai tidak-esensial, karena penilaian yang salah seperti itu tidak pernah mencapai Esensi (Nibbana, perlindungan tertinggi di luar ikatan).

12. Tetapi mereka yang melihat hal yang esensial dalam yang esensial dan yang tidak esensial dalam hal yang esensial, karena penglihatan mereka yang benar, memahami esensi.

13. Sama seperti hujan menembus rumah beratap yang buruk, keserakahan menembus pikiran yang belum berkembang.

14. Sama seperti air tidak menembus rumah beratap, keserakahan tidak menembus pikiran yang berkembang dengan baik.

15. Si pelaku kejahatan menyesali sekarang dan menyesali kemudian. Dia menyesali di sana-sini. Dia selalu menyesali dan menderita merasakan ketidakmurnian dari tindakannya sendiri.

16. Sang dermawan bersukacita sekarang dan bersukacita kemudian. Baik di sana-sini ia bersukacita. Dia bersukacita; Dia sangat bersukacita, merasakan kemurnian dari tindakannya sendiri.

17. Menderita sekarang dan menderita kemudian. Menderita di kedua negara. "Aku telah bertindak buruk, " katanya, menderita. Selain itu, ia menderita dengan berfokus pada keadaan yang lebih menyakitkan. Jadi dia yang bekerja dengan buruk.

18. Nikmati sekarang dan nikmati nanti. Di kedua negara bagian dia benar-benar bahagia. “Aku bertindak baik, katanya bahagia. Selain itu, fokus pada negara yang damai itu bahagia. Jadi dia yang bekerja dengan baik.

19. Meskipun seseorang sangat sering membaca tulisan suci, jika ia lalai dan tidak bertindak sesuai dengan itu, ia seperti koboi yang menghitung sapi-sapi orang lain. Itu tidak mendapatkan buah dari Kehidupan Suci.

20. Meskipun seseorang hanya sedikit membaca tulisan suci, jika seseorang melakukan sesuai dengan Pengajaran, meninggalkan keinginan, kebencian dan ilusi, disediakan dengan pikiran yang terbebaskan dan tidak berpegang teguh pada apa pun baik di sini atau nanti, ia memperoleh buah-buah Kehidupan Suci.


Bab 2: Perhatian
21. Perhatian adalah jalan menuju keabadian; Ketidakpedulian adalah jalan menuju kematian. Mereka yang penuh perhatian tidak mati; Kurangnya perhatian seolah-olah mereka sudah mati.

22. Membedakan ini dengan jelas, orang bijak menempatkan diri mereka dalam perhatian dan kegembiraan dalam perhatian, menikmati tanah para bangsawan.

23. Dia yang bermeditasi terus-menerus dan gigih, membebaskan dirinya dari ikatan dan memperoleh Nibbana tertinggi.

24. Kemuliaan bagi orang yang berusaha, tetap waspada, murni dalam perilaku, perhatian, pengendalian diri, lurus dalam cara hidupnya dan mampu tetap dalam perhatian yang tumbuh.

25. Melalui usaha, ketekunan, disiplin, dan pengendalian diri, semoga orang bijak menjadikan dirinya sebuah pulau yang tidak dapat dilanda banjir.

26. Orang bebal itu pemaaf dengan perhatian; Orang bijak menjaga perhatian sebagai harta terbesar.

27. Jangan menciptakan kembali diri Anda dalam kelalaian. Jangan akrab dengan kesenangan indrawi. Pria yang bermeditasi dengan rajin benar-benar mencapai banyak kebahagiaan.

28. Ketika seorang bijak mengatasi kekurangan perhatian dengan menumbuhkan perhatian, bebas dari kesengsaraan, ia naik ke istana kebijaksanaan dan mengawasi orang-orang yang menderita ketika pendaki gunung yang bijaksana merenungkan orang-orang bebal yang berada di bawah.

29. Perhatian di antara orang-orang yang kurang perhatian, benar-benar terjaga di antara orang-orang yang tertidur, orang bijak bergerak maju seperti kuda balap di depan sengatan jompo.

30. Dengan tetap waspada, Indra memaksakan diri pada para dewa. Dengan demikian, perhatian dipuji dan kelalaian dianggap remeh.

31. Bhikkhu yang suka memperhatikan dan dengan takut mengamati kekurangan perhatian, maju seperti api, mengatasi setiap perangkap besar atau kecil.

32. Bhikkhu yang suka memperhatikan dan dengan takut mengamati kekurangan perhatian tidak mudah jatuh. Itu ada di hadapan Nibbana.


Bab 3: Pikiran

33. Pikiran yang rapuh dan tidak stabil ini, yang begitu sulit diatur, diluruskan oleh orang bijak seperti pemanah panah.

34. Pikiran ini bergetar seperti ikan ketika Anda mengeluarkannya dari air dan menjatuhkannya di atas pasir. Karena itu, kita harus meninggalkan medan nafsu.

35. Adalah baik untuk mengendalikan pikiran: sulit untuk dikuasai, berubah-ubah, dan cenderung menetap di mana pun ia mau. Pikiran yang terkendali menuntun pada kebahagiaan.

36. Pikiran sangat sulit untuk dirasakan, sangat halus, dan terbang setelah fantasinya. Orang bijak mengendalikannya. Pikiran yang terkendali menuntun pada kebahagiaan.

37. Terserak, berkeliaran sendirian, tidak berwujud, tersembunyi di dalam gua, adalah pikiran. Mereka yang menyerahkannya membebaskan diri dari rantai Mara.

38. Barangsiapa yang pikirannya tidak stabil tidak mengenal ajaran agung, dan orang yang kepercayaannya goyah, kebijaksanaannya tidak akan mencapai kepenuhan.

39. Barangsiapa yang pikirannya tidak tunduk pada keserakahan atau dipengaruhi oleh kebencian, setelah melampaui kebaikan dan kejahatan, tetap waspada dan tak kenal takut.

40. Memahami bahwa tubuh ini rapuh seperti kapal, dan mengubah pikiran Anda sekuat kota yang dibentengi akan mengalahkan Mara dengan pisau kebijaksanaan. Dia akan mengawasi penaklukannya dan hidup tanpa ikatan.

41. Sebelum waktu yang lama berlalu, tubuh ini, tanpa kesadaran, akan berbaring di bumi, sama nilainya dengan kayu gelondongan.

42. Kerusakan yang dapat dilakukan musuh terhadap musuhnya, atau yang membenci orang yang dibenci, kerusakan lebih lanjut dapat menyebabkan pikiran salah arah.

43. Kebaikan yang tidak dapat dilakukan oleh ibu, ayah, atau kerabat lainnya terhadap seorang laki-laki, disediakan oleh pikiran yang terarah dengan baik, memuliakannya dengan cara ini.

41. Sebelum waktu yang lama berlalu, tubuh ini, tanpa kesadaran, akan berbaring di bumi, sama nilainya dengan kayu gelondongan.

42. Kerusakan yang dapat dilakukan musuh terhadap musuhnya, atau yang membenci orang yang dibenci, kerusakan lebih lanjut dapat menyebabkan pikiran salah arah.

43. Kebaikan yang tidak dapat dilakukan oleh ibu, ayah, atau kerabat lainnya terhadap seorang laki-laki, disediakan oleh pikiran yang terarah dengan baik, memuliakannya dengan cara ini.


Bab 4: Bunga

44. Siapa yang akan memahami tanah ini dan tanah Yama dan dunia para dewa ini? Siapa yang akan menyelidiki Jalan Kebajikan sebagai ahli yang memilih bunga terbaik?

45. Murid yang berolahraga akan memahami tanah ini dan tanah Yama dan dunia para dewa. Murid yang berolahraga akan menyelidiki Jalan Kebajikan yang diberkati, sebagai ahli yang memilih bunga-bunga terbaik.

46. ​​Mempersepsikan tubuh ini sebagai busa dan menyadari bahwa itu seperti fatamorgana, itu akan memusnahkan duri nafsu indera dan mengejek kewaspadaan raja kematian.

47. Siapa pun yang mengumpulkan hanya bunga-bunga (kesenangan indrawi) dan yang pikirannya terganggu (dalam objek-objek indera), kematian menyeretnya seperti banjir besar menyapu seluruh kota saat ia tidur.

48. Bagi orang yang mengambil bunga-bunga (dari kesenangan indrawi) dan yang pikirannya teralihkan, tak terpuaskan dalam keinginannya, sang Penghancur menempatkannya di bawah kekuasaannya.

49. Seperti halnya lebah Libya pada bunga, tanpa merusak warna dan esensinya, dan kemudian bergerak menjauh, hanya mengambil madu, jadi orang bijak melewati keberadaan ini.

50. Kita seharusnya tidak mempertimbangkan kegagalan orang lain, atau apa yang telah dilakukan atau gagal dilakukan orang lain, tetapi tindakan kita sendiri dilakukan atau dihilangkan.

51. Sama seperti bunga yang indah dengan warna cerah, tetapi tanpa parfum, kata-kata baik dari mereka yang tidak mempraktikkannya adalah steril.

52. Sama seperti bunga yang indah, berwarna cerah, dan juga penuh parfum, kata-kata baik dari mereka yang mempraktikkannya berbuah.

53. Dengan cara yang sama bahwa banyak bunga menghasilkan banyak karangan bunga, begitu banyak perbuatan baik harus dilakukan oleh orang yang dilahirkan sebagai manusia.

54. Parfum bunga tidak menyebar melawan angin, juga aroma cendana, rhododendron atau melati, tetapi aroma virtuoso menyebar melawan angin. Pria yang berbudi luhur itu berkembang ke segala arah.

55. Cendana, rhododendron, lotus, melati: jauh lebih unggul dari semua jenis wewangian ini adalah kebajikan.

56. Aroma wangi rhododendron atau cendana kecil cakupannya, tetapi kebajikan adalah yang tertinggi dan menyebar bahkan di antara para dewa.

57. Mara tidak menemukan jalan menuju mereka yang sempurna dalam kebajikan, hidup dengan waspada dan bebas dari borgol, melalui realisasi sempurna (Kebenaran).

58-59. Dengan cara yang sama bahwa lotus aromatik dapat berkecambah dan berkembang dalam pupuk kandang, sehingga di antara yang kebingungan, murid yang mengikuti Yang Tercerahkan Sempurna (Buddha) dengan bijak menyilaukan.


Bab 5: Bodoh
60. Lama adalah malam bagi orang yang bangun. Panjang adalah jalan bagi para pelancong yang lelah. Lama adalah eksistensi yang diulangi untuk orang-orang bodoh yang tidak tahu Pengajaran yang Luhur.

61. Jika seorang pria mencari dan tidak dapat menemukan seseorang yang lebih baik daripada atau setara dengannya, ia melanjutkan jalan hidupnya dengan keras. Tidak ada persahabatan dengan orang bodoh.

62. Saya punya anak, saya punya kekayaan, jadi si bodoh menghitungnya. Tapi dia sendiri bukan milik, apalagi anak-anak dan kekayaan!

63. Orang bodoh yang menyadari kebodohannya adalah karena alasan itu orang bijak, tetapi orang bodoh yang menganggap dirinya bijak adalah orang yang benar-benar bodoh.

64. Bahkan jika orang bodoh diasosiasikan dengan orang bijak sepanjang hidupnya, ia tidak akan memahami Pengajaran, seperti sendok tidak akan pernah memahami pengetahuan sup.

65. Jika seorang pria cerdas bergaul dengan orang bijak, bahkan jika hanya sesaat, ia akan segera memahami Pengajaran, karena lidah menangkap pengetahuan sup.

66. Orang-orang bodoh, orang-orang dengan kecerdasan rendah, berperilaku seperti musuh mereka sendiri, melakukan tindakan jahat yang menghasilkan buah pahit.

67. Perbuatan yang tidak dilakukan dengan baik yang menyebabkan penyesalan setelah dilakukan, dan yang hasilnya seseorang menyesalinya dengan air mata di wajah.

68. Perbuatan baik adalah perbuatan yang tidak menyebabkan pertobatan dan yang hasilnya kita alami dengan pikiran yang penuh kegembiraan dan kebahagiaan.

69. Walaupun perbuatan buruk yang dilakukan tidak membuahkan hasil, selama itu si bodoh mempercayainya semanis madu, tetapi ketika perbuatan buruk itu matang, si bodoh menghadapi rasa sakit.

70. Meskipun bulan demi bulan orang bodoh hanya bisa makan makanan sebanyak sejumput rumput Kusa, bahkan itu tidak akan menjadi bagian keenam.

71. Perbuatan buruk yang dilakukan tidak segera menghasilkan buah, seperti halnya susu tidak langsung berubah asam.
Sama seperti api yang tertutup abu terbakar, demikian pula kejahatan mengejar orang bodoh dengan membakarnya.

72. Karena kehancurannya, tentu saja, ia mendapatkan pengetahuan dan ketenaran yang bodoh, yang mengaburkan nasibnya dan mengaburkan pikirannya.

73. Orang bodoh itu menginginkan reputasi dan prioritas di antara para bhikkhu, otoritas dalam biara-biara dan penghormatan di antara keluarga-keluarga lain.

74. Biarkan umat awam dan bhikkhu berpikir bahwa dia adalah orang yang melaksanakan setiap pekerjaan, besar atau kecil, membiarkan mereka merujuk kepadanya. Ini adalah ambisi si bodoh ini, meningkatkan hasrat dan harga dirinya.

75. Tetapi yang pasti satu adalah jalan yang mengarah ke penaklukan duniawi dan yang lainnya mengarah ke Nibbana. Memahami cara ini bhikkhu tidak bersukacita dengan bantuan duniawi, tetapi memupuk pelepasan.


Bab 6: Orang Bijaksana

76. Jika seseorang menemukan orang bijak, yang sebagai penemu harta karun menunjukkan kelemahan Anda dan menarik perhatian mereka, Anda harus bergaul dengan orang seperti itu. Seseorang akan berjalan dengan baik dan tidak buruk di perusahaan orang ini.

77. Biarkan dia memberi tahu Anda dan mendesak dan mencegah Anda dari kesalahan. Orang ini berharga bagi para bangsawan, tetapi tidak menyenangkan bagi picik.

78. Jangan bergaul dengan teman-teman kecil; Jangan menemani laki-laki tercela. Bergaul dengan teman mulia; tetap menemani yang terbaik di antara pria.

79. Dia yang minum pada sumber Pengajaran hidup bahagia dengan pikiran tenang. Orang bijak selalu menikmati Pengajaran yang diberitakan oleh para bangsawan yang tercerahkan.

80. Mereka yang menyiram, menyalurkan air; para pemanah meluruskan panah; tukang kayu mengukir kayu; Orang bijak mendisiplinkan diri.

81. Karena batu yang kokoh tidak bergerak bersama angin, maka orang bijak tetap tidak terganggu sebelum fitnah dan pujian.

82. Seperti danau yang dalam transparan dan tenang, demikian pula orang bijak menjadi setelah mendengar Pengajaran.

83. Orang suci melepaskan diri dari segala hal dan tidak terlibat dalam keserakahan sensual. Ketika kebahagiaan atau penderitaan mencapai dirinya, dengan kebijaksanaan ia tidak terpengaruh oleh euforia atau kesedihan.

84. Baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain ia menginginkan anak-anak, kekayaan atau kerajaan; bahkan dengan ambiguitas, apakah dia mencari kesuksesannya sendiri.
Orang seperti itu, tentu saja, berbudi luhur, bijaksana dan lurus.

85. Beberapa di antara manusia adalah mereka yang menyeberang ke pantai lain. Sebagian besar hanya naik dan turun di pantai yang sama.

86. Tetapi mereka yang bertindak benar sesuai dengan Ajaran, yang telah mapan, melintasi melampaui nafsu dan mencapai Nibbana.

87-88. Datang dari rumah ke negara tunawisma, semoga orang bijak meninggalkan keadaan kebingungan dan menumbuhkan kejernihan. Sesulit apa pun itu, carilah kesenangan dan kenikmatan dalam detasemen. Mengatasi kesenangan indria, tanpa rintangan, orang bijak membebaskan dirinya dari ketidakmurnian pikiran.

89. Mereka yang menyempurnakan pikiran mereka dalam Faktor Iluminasi, tanpa ikatan, senang dengan ditinggalkannya keserakahan, mereka, bebas dari korupsi, tercerahkan, mencapai Nibbana bahkan di dunia ini

.


Bab 7: Yang Jujur

90. Bagi mereka yang perjalanannya telah berakhir, bebas dari rasa sakit, terbebaskan sepenuhnya dari segala sesuatu dan yang telah mengakhiri semua ikatan, api (dari nafsu) padam.

91. Mereka berusaha untuk tetap waspada. Tidak ada tempat di mana mereka terhubung. Seperti angsa yang meninggalkan danau mereka, mereka meninggalkan tempat demi tempat dan berbaris.

92. Bagi mereka tidak ada akumulasi, dan makanan mereka tidak lain adalah Pembebasan, yang Kosong dan tak dapat didefinisikan: itulah objeknya. Jalannya seperti burung di udara: tidak meninggalkan jejak.

93. Seseorang telah menghilangkan korupsi, tidak terikat pada makanan; Tujuannya adalah pembebasan, yang kosong dan tidak dapat didefinisikan. Jalannya, seperti halnya burung-burung di udara, tidak meninggalkan jejak.

94. Orang yang dengan kuat mengendalikan akal sehatnya, seperti kusir kudanya; dia yang dimurnikan kesombongan dan tanpa gairah, kepada orang itu bahkan para dewa iri.

95. Seperti halnya bumi, orang yang tenang dan disiplin tidak menderita. Itu sebanding dengan kolom. Itu seperti danau kristal. Seseorang yang tenang seperti itu lolos dari kelahiran baru.

96. Pikirannya tenang, kata-katanya tenang dan tindakannya tenang bagi mereka yang dibebaskan melalui pengetahuan sempurna, yang tinggal dengan kuat dan damai.

97. Orang yang tidak dapat dipercaya, yang telah memahami Yang Luar Biasa, yang telah memutus rantai, telah mengakhiri kesempatan (baik dan jahat) dan telah menghilangkan hasrat, bahwa manusia adalah manusia yang tertinggi.

98. Benar-benar lezat adalah tempat di mana orang yang tercerahkan tinggal: apakah di desa atau di hutan, apakah di semak-semak atau di tempat terbuka.

99. Lezat adalah hutan di mana orang biasa tidak menemukan kesenangan. Di sana nikmati mereka yang telah membakar gairah hidup mereka. Karena ini bukan pencari kenikmatan indrawi.


Bab 8: Ribuan
100. Lebih baik daripada seribu disertasi, lebih baik dari sekadar serakan kata-kata yang tidak berarti, adalah ungkapan yang masuk akal, setelah mendengar mana yang menjadi tenang.

101. Lebih baik daripada seribu ayat kata-kata yang tidak berguna, itu adalah satu dengan kalimat sederhana dan bermanfaat bahwa ketika Anda mendengarkannya satu tenang.

102. Lebih baik adalah kata sederhana dari Doktrin - yang menenangkan orang yang mendengarnya - daripada seratus ayat kata-kata yang tak terhitung banyaknya.

103. Lebih besar dari penaklukan dalam pertempuran seribu kali seribu orang adalah penaklukan diri sendiri.

104-105. Lebih baik menaklukkan diri sendiri daripada menaklukkan orang lain. Baik dewa maupun setengah dewa, baik Mara maupun Brahma, tidak dapat membatalkan kemenangan orang yang telah melatih dirinya sendiri dan selalu melakukan
dalam jumlah sedang

106. Meskipun berbulan-bulan, hingga seribu, satu memberikan persembahan selama seratus tahun, tetapi yang lainnya dihormati hanya untuk sesaat, penghormatan ini lebih baik daripada pengorbanan seratus tahun.

107. Meskipun selama seabad seorang pria melakukan ritual api di hutan, jika untuk sesaat dia menghormati orang yang tercerahkan, penghormatan ini lebih baik daripada pengorbanan api selama seabad.

108. Apa yang Anda tawarkan di dunia ini selama setahun, atau hadiah yang Anda buat untuk mencapai prestasi, adalah hal yang sepele di samping apa artinya menghormati orang suci yang luar biasa itu.

109. Bagi mereka yang memupuk kebiasaan yang terus-menerus menghormati dan menghormati para penatua, empat berkat meningkat: usia, keindahan, berkat, dan kekuatan.

110. Satu hari dalam kehidupan orang yang bermoral dan bermeditasi bernilai lebih dari seratus tahun kehidupan orang yang tidak bermoral dan tidak terkendali.

111. Satu hari dalam kehidupan seseorang yang berjuang dengan tekad kuat bernilai lebih dari seratus tahun dari kehidupan orang yang malas dan malas.

112. Satu hari dalam kehidupan seseorang yang melakukan upaya intens bernilai lebih dari seratus tahun dalam kehidupan orang yang malas dan tidak aktif.

113. Satu hari dalam kehidupan seseorang yang memahami bagaimana segala sesuatu muncul dan menghilang adalah lebih dari seratus tahun kehidupan seseorang yang tidak mengerti bagaimana sesuatu muncul dan menghilang.

114. Satu hari dalam kehidupan seseorang yang melihat Keadaan Abadi bernilai lebih dari seratus hari dalam kehidupan seseorang tanpa visi Keadaan Abadi.

115. Satu hari dalam kehidupan seseorang yang merasakan Kebenaran Luhur bernilai lebih dari seratus tahun kehidupan seseorang yang tidak memahami Kebenaran Luhur.


Bab 9: Jahat

116. Bergegas untuk berbuat baik; tenangkan pikiranmu terhadap kejahatan, karena siapa pun yang lambat melakukan kebaikan, ia akan memperbaharui dirinya kembali dalam kejahatan.

117. Jika seorang pria bekerja dengan buruk, biarkan dia tidak melakukannya lagi dan lagi, biarkan dia tidak memikirkannya lagi. Yang menyakitkan adalah akumulasi kejahatan.

118. Jika seorang pria bekerja dengan baik, biarkan dia melakukannya lagi dan lagi, biarkan dia menciptakannya kembali. Bahagia adalah akumulasi kebaikan.

119. Si pelaku kejahatan melihat semuanya dengan baik sampai tindakannya yang buruk menghasilkan buah, tetapi ketika buah matang, maka ia melihat efeknya yang tidak menguntungkan.

120. Bahkan orang yang baik dapat mengalami rasa sakit dengan bekerja dengan baik, tetapi begitu buah diproduksi, maka ia mengalami hasil yang baik.

121. Jangan berpikir enteng tentang kejahatan dengan mengatakan "itu tidak akan datang kepadaku." Sama seperti kendi diisi setetes demi setetes, demikian pula si bodoh, mengumpulkannya sedikit demi sedikit, dipenuhi dengan kejahatan.

122. Jangan berpikir enteng tentang kebaikan dengan mengatakan "itu tidak akan datang kepada saya." Sama seperti kendi diisi setetes demi setetes, dengan cara yang sama orang bijak, mengumpulkannya sedikit demi sedikit, diisi dengan kebaikan.

123. Seperti halnya seorang pedagang dengan karavan kecil yang membawa banyak kekayaan akan menghindari jalan yang berbahaya, dan seperti halnya orang yang mencintai kehidupan akan menghindari racun, demikian pula seseorang harus menghindari kejahatan.

124. Dengan cara yang sama bahwa racun tidak dapat membahayakan tangan yang membawanya, karena racun itu tidak mempengaruhi jika tidak ada cedera, sehingga tidak dirugikan oleh orang yang salah.

125. Siapa pun yang menyakiti orang yang tidak bersalah, murni dan tanpa gagal, kejahatan itu berbalik melawan si bodoh itu, juga debu yang telah dilemparkan ke arah angin.

126. Beberapa lahir dari rahim; yang jahat lahir dalam kondisi yang menyedihkan; pergi sendiri ke negara-negara yang diberkati; yang tercerahkan mendapatkan Nibbana.

127. Baik di surga maupun di tengah lautan, maupun di sebuah gua di gunung-gunung adalah tempat di mana seseorang dapat tetap selamat dari konsekuensi kesalahannya.

128. Baik di surga maupun di tengah lautan, maupun di gua di pegunungan adalah tempat di mana seseorang dapat tetap aman dari kematian.


Bab 10: Hukuman
129. Semua orang gemetar pada hukuman. Semua orang takut mati. Jika kita membandingkan orang lain dengan diri sendiri, tidak ada
Kami akan membunuh atau menyebabkan kematian.

130. Semua orang takut akan hukuman; Semua orang suka hidup. Dibandingkan dengan orang lain, seseorang seharusnya tidak membunuh atau menyebabkan kematian.

131. Siapa pun yang mencari kebahagiaannya sendiri akan membahayakan orang-orang yang, seperti dia yang mencarinya, tidak akan mendapatkannya setelah kematian.

132. Siapa pun yang mencari kebahagiaannya sendiri dan tidak melukai orang-orang yang, seperti dia yang mencarinya, akan menemukannya setelah mati.

133. Anda tidak berbicara agresif dengan siapa pun, karena mereka yang menyerang akan dapat membalas dengan cara yang sama. Diskusi menciptakan rasa sakit dan Anda mungkin menerima pukulan demi pukulan.

134. Jika Anda tetap diam, seperti gong yang tidak dapat digunakan, Anda akan mencapai Nibbana; Anda akan menemukan kedamaian.

135. Seperti halnya seorang koboi dengan tongkat mendorong sapi ke padang rumput, usia tua dan kematian menuntun kehidupan makhluk sampai pada kesimpulan mereka.

136. Ketika orang bodoh bertindak buruk, dengan perbuatannya sendiri, orang bodoh ini akan menyiksa, seperti orang yang terbakar oleh api.

137-138-139-140. Siapa pun yang melukai orang-orang yang tidak bersalah dan tidak berbahaya dengan senjatanya akan segera menyerbu ke salah satu dari keadaan ini: banyak rasa sakit, cedera tubuh atau penyakit serius, kehilangan pikiran atau penindasan oleh seorang raja, atau tuduhan serius, penindasan anggota keluarga, atau kehancuran, atau kebakaran yang bahkan membajak rumah Anda. Dan setelah pembubaran tubuh akan lahir di neraka.

141. Itu tidak akan telanjang, atau memiliki rambut kusut, atau tetap kotor atau puasa, atau berbaring di tanah, atau mengolesi tubuh dengan abu, atau berjalan tanpa ereksi, yang dapat memurnikan manusia
Itu belum terbebas dari keraguan Anda.

142. Meskipun dilihat dengan benar, jika dia hidup dalam damai, tunduk pada nafsu dan mengendalikan indera, itu murni dan tidak ada yang sakit, dia adalah seorang Brahman, seorang petapa, seorang bhikkhu.

143. Sulit untuk menemukan seseorang di dunia ini yang, dikendalikan oleh kesederhanaan, menghindari semua celaan, karena kuda menghindari cambuk.

144. Berusaha keras dan keras, seperti tunggangan adalah ketika ia merasakan cambuk. Untuk kepercayaan, kebajikan, upaya, konsentrasi, penyelidikan Kebenaran, pengetahuan dan perilaku yang benar, perhatian
mental, Anda akan mengatasi penderitaan besar.

145. Mereka yang menyiram, menyalurkan air. Pembuat panah meluruskan mereka. Tukang kayu mengerjakan kayu. Orang yang berbudi luhur mengendalikan diri mereka sendiri.


Bab 11: Usia tua

146. Sungguh tawa, sukacita apakah yang ada ketika selalu menyala (dalam hawa nafsu)? Jika Anda terbungkus dalam kegelapan, tidakkah Anda akan mencari cahaya?

147. Lihatlah tubuh yang indah ini, banyak rasa sakit, banyak benjolan, kesal, di mana tidak ada yang bertahan, tidak ada yang bertahan.

148. Penurunan tubuh ini, sarang penyakit, mudah rusak. Massa busuk ini hancur. Sungguh, hidup berakhir dengan kematian.

149. Bagaimana labu kosong di musim gugur adalah tulang kering ini. Apa kesenangan yang ada dalam memandang mereka?

150. Tubuh ini adalah benteng yang terbuat dari tulang yang ditutupi dengan daging dan darah tempat penuaan dan kematian, kebanggaan dan tipuan disimpan.

151. Bahkan kereta mewah royal usia. Tubuh juga menua. Tetapi Pengajaran yang Baik tidak pernah menjadi tua. Dengan demikian, yang Baik tetap berada di antara yang Baik.

152. Barangsiapa belajar sedikit, tumbuh seperti lembu; Itu tumbuh dalam daging, tetapi tidak dalam kebijaksanaan.

153. Melalui banyak kehidupan saya telah keliru dalam mencari samsara, tetapi tidak menemukan, pembangun rumah. Total penderitaan dalam pengembalian dan kelahiran kembali ini.

154. Oh, pembangun rumah! Sekarang saya telah memahami Anda. Anda tidak akan membangun rumah ini lagi. Semua balok sudah putus. Dukungan pusat telah dimusnahkan. Pikiranku telah mencapai yang tidak terkondisi.
Setelah mencapainya, itu merupakan akhir dari keterikatan.

155. Karena tidak menjalani kehidupan yang mulia, setelah tidak memperoleh kekayaan seperti itu di masa mudanya, orang-orang seperti itu pingsan seperti bangau tua di kolam tanpa ikan.

156. Mereka yang belum mengamati Kehidupan Suci, yang di masa muda mereka belum mendapatkan harta, menjadi lengkungan yang tidak berguna, memandang ke masa lalu.


Bab 12: Kontrol Diri

157. Jika seseorang menghargai diri sendiri, ia harus melindungi dirinya dengan baik. Orang bijak tetap penuh perhatian di masing-masing dari tiga berjaga.

158. Tetapkan diri Anda terlebih dahulu dalam hal yang pantas sebelum menasihati orang lain. Bertindak dengan cara ini, orang bijak tidak akan jatuh cinta.

159. Ketika dia menasihati orang lain, dia harus bertindak sendiri. Bien controlado él mismo, puede guiar a los otros.
Verdaderamente es difícil controlarse a uno mismo.

160. Uno mismo es su propio refugio. ¡Qué otro refugio podría haber! Habiéndose controlado a uno mismo, se obtiene un refugio difícil de conseguir.

161. Por uno mismo es hecho el mal; en uno mismo nace y uno mismo lo causa. El mal muele al necio como el
diamante muele la dura gema.

162. La corrupción que sobrepasa al hombre es como la enredadera maluva estrangulando al árbol sala y lo convierte en aquello que para él desearía su propio enemigo.

163. De fácil ejecución son las cosas nocivas y dañinas. Lo bueno y beneficioso es verdaderamente difícil de hacer.

164. El hombre estúpido que, por su falsa visión, desprecia las enseñanzas de los Iluminados, los Nobles y los Rectos, cultiva frutos que, como le sucede al kashta, producen su propia destrucción .

165. Por uno mismo se hace el mal y uno mismo se contamina. Por uno mismo se deja de hacer el mal y uno mismo se purifica. La pureza y la impureza dependen de uno mismo. Nadie puede purificar a otro.

166. Por buscar el logro (espiritual) de los otros, no obstante, no debe uno ser negligente en la búsqueda del propio logro. Percibiendo claramente la propia meta, permita que otro intente su propio resultado.


Capítulo 13: El mundo

167. ¡No persigáis cosas mezquinas! ¡No viváis en la negligencia! ¡No abracéis falsos puntos de vista! ¡No apoyéis el mundo! (al prolongar el ciclo de la existencia y la continuidad : samsara).

168. ¡Despertaos! Nunca seáis negligentes. Seguid la ley de la virtud. El que practica la virtud vive felizmente en este mundo y en el próximo.

169. Seguid el sendero de la virtud y no el del mal. El que practica la virtud vive felizmente en este mundo y en el próximo.

170. Si uno percibe el mundo como una burbuja de espuma y como un espejismo, a ese no lo ve el Dios de la Muerte.

171. ¡Venid, contemplad este mundo adornado como un carro real donde los necios están inmersos! Pero para los sabios no existe ningún apego hacia aquél.

172. Pero el que antes era necio y después no, ese tal es como cuando la luna ilumina la tierra liberándose de las nubes.

173. Aquel cuyas buenas acciones superan las malas, ilumina este mundo como la luna emergiendo de las nubes.

174. Este mundo está ciego. Solamente unos pocos aquí pueden ver con claridad. Tan solo unos pocos van a un reino divino, como pájaros liberados de las redes.

175. Volando, los cisnes siguen el sendero del sol. Los hombres surcan el aire por poderes psíquicos. Los sabios se apartan de este mundo, habiendo conquistado a Mara y sus huestes.

176. No hay mal que no pueda hacer un mentiroso que haya transgredido la única Ley y que se muestra indiferente al mundo de más allá.

177. Verdaderamente los míseros no irán al reino celestial. Los necios no alcanzarán, por supuesto, la liberación. Los hombres sabios se regocijan en la generosidad y van a un reino más feliz .

178. Mejor que el poder sobre todo lo terreno, mejor que habitar en los cielos, mejor que el dominio sobre los vastos mundos, es el fruto del Vencedor de lo Ilusorio.


Capítulo 14: El Buda
179. Quien conquista la pasión, no vuelve a ser derrotado; ¿qué podría perturbar al Buda omnisciente, libre de cualquier pasión y cuyo camino conduce a él ?

180. Él, en quien no hay enredo, liberado de la avidez que hace renacer, ¿qué podría perturbar al Buda omnisciente y cuyo camino conduce a él?

181. Los sabios se adiestran en la meditación y se deleitan en la paz de la renuncia; tales Budas de mente perfecta incluso por los dioses son muy queridos.

182. Raro es el nacimiento como un ser humano. Difícil es la vida de los mortales. Extraño es escuchar la Sublime Enseñanza. Rara es la aparición de los Budas.

183. El abandono del mal, el cultivo del bien y la purificación de la mente: tal es la enseñanza de los Budas.

184. La paciencia y la tolerancia son la más alta ascesis. Los Budas proclaman que el Nibbana es el supremo. No es un renunciante ni un asceta el que agrede a los otros.

185. No reprochar, no hacer ningún daño, practicar la moderación según los preceptos fundamentales, ser moderado en la alimentación, residir en la soledad, aplicarse uno mismo a la concentración mental elevada, tal es la enseñanza de los Budas.

186-187. Ni un torrente de monedas de oro hace la felicidad levantando placeres sensuales. De pequeñas dulzuras y penas son los placeres sensuales. Conociendo esto, el hombre sabio no encuentra felicidad ni siquiera en placeres celestiales. El discípulo del Todo Iluminado se deleita en la aniquilación del apego.

188-189. Conducidos por el miedo, los hombres acuden a muchos refugios, a montañas, bosques, grutas, árboles y temples. Tales, empero, no son refugios seguros. Acudiendo a estos refugios, uno no se libera del dolor.

190-191-192. Pero aquel que toma refugio en el Buda, la Enseñanza y la Orden y ve con recta comprensión las Cuatro Nobles Verdades; tal es en realidad el refugio seguro; ése es en verdad el refugio supremo. Recurriendo a este refugio, uno se libera de todo sufrimiento.

193. Difícil es hallar al hombre de gran sabiduría: tal hombre no nace en cualquier parte. Cuando nace un hombre así, que la familia se sienta muy dichosa.

194. Feliz es el nacimiento de los Budas; feliz es la Enseñanza de la Doctrina sublime; feliz es la unidad de la Orden; feliz es la vida austera de los unidos.

195-196. Qué valiosa es la reverencia de aquel que reverencia al Buda y sus discípulos; éstos han superado los impedimentos y se han liberado de la pena y la lamentación. El mérito de quien reverencia a tales hombres pacíficos y sin miedo por nadie ni nada puede ser medido.


Capítulo 15: Felicidad

197. Verdaderamente felices vivimos sin odio entre los que odian. Entre seres que odian, vivamos sin odio.

198. Felices vivimos con buena salud entre los que están enfermos. Entre los que están enfermos, vivamos con buena salud.

199. Vivimos felices sin ansia entre aquellos que ansían. Entre aquellos que ansían, vivamos sin ansiar.

200. Felices vivimos porque no tenemos impedimentos. Llenémonos de gozo como dioses en la Esfera Radiante.

201. La victoria engendra enemistad. Los vencidos viven en la infelicidad. Renunciando tanto a la victoria como a la derrota, los pacíficos viven felices.

202. No hay fuego como el deseo; no hay mal como el odio; no hay nada más enfermo que el cuerpo; no hay mayor felicidad que la paz del Nibbana .

203. El hambre es la mayor aflicción; los agregados (cuerpo-mente) representan la mayor enfermedad. Percibiendo esta realidad, se alcanza el Nibbana, la dicha suprema.

204. La salud es la más alta posesión. El contento es el mayor tesoro. Un amigo de confianza es el mejor pariente. Nibbana es la más alta bendición.

205. Habiendo experimentado el saber de la soledad y de la quietud, libre de angustia y de atadura, se absorbe en el saber del gozo de la Doctrina .

206. Saludable es la visión de los Nobles; su compañía siempre resulta dichosa. No viendo a necios, uno permanecería siempre feliz.

207. Verdaderamente, quien permanece en compañía de necios se atribula durante mucho tiempo. La asociación con necios es incluso tan penosa como con un enemigo. Feliz es la compañía con un sabio, incluso tanto como el encuentro con un pariente.

208. Si hallas un hombre inteligente, sabio, con conocimiento, consistente, responsable y noble, con un hombre tal, virtuoso e inteligente, debe uno asociarse, como sigue la luna el sendero de las estrellas.


Capítulo 16: Apego

209. Aquel que se aplica a lo que debe ser evitado y no se aplica a lo que debe ser obtenido y abandona su b squeda, aboc ndose a los placeres, envidiar al que ha procedido de modo contrario.

210. No identificarse con lo que es agradable ni identificarse con lo que es desagradable; no mirar a lo que es placentero ni a lo que es displacentero, porque en ambos lados hay dolor.

211. Evita la identificaci n con lo querido, porque la separaci n de ello representa dolor; las ataduras no existen para aquel que no hace diferencias entre querido y no querido.

212. Del placer nace el sufrimiento; del placer nace el miedo. Para aquel totalmente libre de placer no hay dolor, y mucho menos miedo.

213. Del deseo surge el dolor; del deseo surge el miedo. Para aquel que est libre de deseo ni hay dolor ni mucho menos miedo.

214. Del apego surge el sufrimiento; del apego surge el miedo. Para aquel que est libre de apego ni hay dolor ni mucho menos miedo.

215. De la avidez surge el sufrimiento; de la avidez surge el miedo. Para aquel que est libre de avidez ni hay dolor ni mucho menos miedo.

216. Del aferramiento surge el sufrimiento; del aferramiento surge el miedo. Para aquel que esta libre de aferramiento ni hay dolor ni mucho menos miedo.

217. El que es perfecto en virtud y Visi n Cabal est establecido en la Doctrina, dice la verdad y cumple su deber y es venerado por la gente.

218. El que ha desarrollado el anhelo por lo Incondicionado tiene la mente motivada y no condicionada por los placeres materiales, es denominado uno que No-retorna.

219. Un hombre ausente por largo tiempo y que vuelve estando a salvo, recibe la mejor bienvenida de sus parientes y amigos.

220. Del mismo modo, los buenos actos que se efect an en esta existencia recibir n la mejor bienvenida en la pr xima, como el vecino recibe al ser querido que vuelve.


Cap tulo 17: Ira

221. Uno debe liberarse del odio. Uno debe abandonar el orgullo. Uno debe despojarse de todas las ataduras. El sufrimiento no toma al que controla la mente, el cuerpo y sus pasiones.

222. A aquel que refrena el enfado que surge, de la misma manera que el que controla una cuadriga tambaleante, a se llamo yo conductor. Los dem s aguantan meramente las riendas .

223. Conquista al hombre airado mediante el amor; conquista al hombre de mala voluntad mediante la bondad; conquista al avaro mediante la generosidad; conquista al mentiroso mediante la verdad.

224. Uno debe decir la verdad y no ceder a la ira; si nos piden, hay que dar, aunque se posea poco; por medio de estas tres cosas, uno se hace merecedor de ir a la presencia de los dieses.

225. Aquellos sabios que son inofensivos y siempre se controlan corporalmente van a un estado sin muerte, donde residen sin ning n sufrimiento .

226. Se destruyen todas las contaminaciones de aquellos que siempre est n vigilantes, que se autodisciplinan d ay noche y que se esfuerzan totalmente en alcanzar el Nibbana.

227. El que sigue es un hecho de siempre, Atula: culpan al que permanece en silencio, culpan al que habla mucho y culpan al que habla moderadamente. No dejan a nadie en el mundo sin culpar.

228. No hubo nunca, ni habr, ni hay ahora nadie, que pueda encontrarse en este mundo que deje de culpar o elogiar a otros.

229. La sabiduría brota en aquel que se examina día a día, cuya vida es intachable, inteligente, arropado con el conocimiento y la virtud.

230. ¿Quién podría culpar al que es como una pieza de refinado oro ? Incluso los dioses lo elogian; aun Brahma lo elogia.

231. Uno debe refrenar la mala conducta del cuerpo y controlarlo. Abandonando la mala conducta del cuerpo, uno debe adiestrarse en su buena conducta.

232. Uno debe refrenar la mala conducta del habla y controlarla. Abandonando la mala conducta del habla, uno debe adiestrarse en su buena conducta.

233. Uno debe refrenar la mala conducta de la mente y controlarla. Abandonando la mala conducta de la mente, uno debe adiestrarse en su buena conducta.

234. Los sabios se controlan en actos, en palabras y en pensamientos. Verdaderamente se controlan bien.


Capítulo 18: Impurezas

235. Como una amarillenta hoja eres tú ahora. Los mensajeros de la muerte te esperan. Te hallas en el umbral de la decadencia. ¿Dispones de provisiones ?

236. Haz una isla de ti mismo. Esfuérzate enseguida; conviértete en sabio. Purificado de contaminaciones y sin pasiones, penetrarás en el celestial estado de los Nobles.

237. Tu vida puede acabarse ahora. La presencia de la muerte está aquí. No hay lugar para detenerse en el camino. ¿Dispones de provisiones ?

238. Haz una isla de ti mismo. Esfuérzate sin demora; conviértete en sabio. Purificado de impurezas y sin pasión, te liberarás del próximo nacimiento de la ancianidad.

239. Gradualmente, poco a poco, de uno a otro instante, el sabio elimina sus propias impurezas como un fundidor elimina la escoria de la plata.

240. Al igual que el óxido surgido del hierro acaba comiéndose a sí mismo, así los actos conducen al malhechor a un estado lamentable.

241. La no-recitación es el óxido de los encantamientos; la falta de reparación es el óxido en las casas, como la falta de cuidado lo es de la belleza y la negligencia de la vigilancia.

242. T · conducta inadecuada es la falta de la mujer. La ruindad es la falta en el donante. Las acciones incorrectas son la falta tanto en este mundo como en el próximo.

243. Mas la peor de las faltas es la ignorancia; es la más grande. Abandonando las faltas, permanece sin mancilla, oh monje.

244. Fácil es la vida de un sinvergüenza que, con la osadía de un cuervo, es calumniador, impertinente, arrogante e impuro.

245. Difícil es la vida de un hombre modesto que siempre busca la pureza, que es desapegado, humilde, cuya manera de vivir es limpia y reflexiva.

246-247. Cualquiera que destruya la vida, diga mentiras, hurte, vaya en búsqueda de las mujeres de los otros, y sea adicto a los licores y tóxicos, en esta misma vida arrancará su propia raíz (felicidad).

248. Sepa entonces, ¡oh, buen hombre!, «no de fácil control son las cosas perniciosas». No dejes que el deseo y el odio te arrastren por el camino del sufrimiento durante largo tiempo.

249. La gente da de acuerdo con su bondad y como le place. Si uno está envidioso de comida o de bebida de los otros, no podrá hallar la paz ni de noche ni de día.

250. Pero el que supera este sentimiento por complete, lo somete y lo destruye, obtiene paz de día y de noche.

251. No hay fuego como el deseo; no hay atadura como el odio; no hay red como la ilusión; no hay río como la avidez.

252. Fácil es ver los fallos de los demás, pero los propios fallos son difíciles de ver. Uno aventa, como la paja, los fallos de los demás, pero esconde los propios como el cazador se esconde a sí mismo.

253. Fácilmente, las personas ven las faltas en los otros, pero difícilmente en sí mismas. Como paja diseminada al viento, difunde uno las faltas de los otros, mientras esconde las propias como camufla sus
dados el hábil jugador.

254. El que ve las faltas de los otros y se irrita, en ese crecen las mancillas. Está lejos de poder destruir esas mancillas.

255. No hay senda en el cielo. Debe el Santo hallar la suya. La Humanidad se recrea en los impedimentos (obstáculos)* Los Budas están libres de impedimentos.


Capítulo 19: El justo

256. Aquel que decide un caso con parcialidad no es justo. El sabio debe investigar imparcialmente tanto lo correcto como lo incorrecto.

257. Está establecido verdaderamente en la buena ley aquel sabio que, guiado por ella, decide lo justo y lo injusto con imparcialidad.

258. No se vuelve uno sabio tan sólo con hablar mucho. Aquel que es apacible, libre de odio y miedo (y no
causa miedo), es llamado un hombre sabio.

259. No está uno versado en la Doctrina por hablar mucho. Aquel que habiendo escuchado la Doctrina no la ignora y la observa, ese tal es uno versado en la Doctrina.

260. No se es un Thera (venerable) únicamente porque se tenga el cabello canoso. Ese tal puede ser sólo maduro en edad, y de él se dirá que «es un hombre que ha envejecido en balde».

261. En aquel que hay verdad, perfecto comportamiento, no violencia, abstinencia y autocontrol, ese sabio que ha descartado las impurezas, sí es llamado un venerable.

262. Si un hombre es celoso, avaro y mentiroso, no es a través de las meras palabras, el aspecto y la belleza como se volverá un hombre de buena voluntad.

263. Pero el que ha superado y eliminado esas contaminaciones y se ha convertido en un hombre sabio, liberado de odio, ése, por supuesto, es un hombre de buena voluntad.

264. No por afeitarse la cabeza, un hombre indisciplinado y mentiroso se vuelve un asceta. ¿Cómo podría ser un asceta si está lleno de anhelo y deseo ?

265. El que logra sojuzgar todo mal, pequeño o grande, ése es un monje, porque ha superado todo mal.

266. No es meramente un monje el que vive de la caridad de los otros, sino aquel que observa el código de conducta y por ello se hace merecedor de tal condición.

267. El que ha trascendido tanto el mérito como el demérito, que sigue la noble vida pura y vive con comprensión en este mundo, a ése verdaderamente se le denomina monje.

268. Observando (voto de) silencio, el hombre no educado y necio no se vuelve un sabio. Pero el hombre sabio que, como si sostuviera una báscula, escoge lo que es bueno y descarta lo malo, es un verdadero sabio.

269. Por esta misma razón es un sabio. El que comprende el mundo (su naturaleza) por dentro y por fuera, es llamado un sabio.

270. No es un hombre noble, un santo, si daña seres sintientes. El que cultiva el amor benevolente hacia todos los seres es llamado noble .

271-272. No es sólo por la mera moralidad y la austeridad, ni por la erudición, ni por el desarrollo mental de la concentración, ni viviendo en retire, ni pensando «gozo de la bendición de la renuncia negada a las personas mundanas», como uno debe sentirse satisfecho, sino que el monje debe conseguir la extinción de todas las contaminaciones .


Capítulo 20: La Senda

273. De los Senderos, el Octuple Sendero es el mejor. De las Verdades, las Cuatro Nobles Verdades. El Desapego es el mejor de los estados mentales, Y de los hombres, el hombre de visión clara.

274. Únicamente, éste es el Sendero. No hay otro para la purificación de la visión. Seguid este Sendero y confundiréis a Mara.

275. Siguiendo este Sendero, pondréis fin al sufrimiento. Habiendo yo aprendido el proceso de arrancar la flecha del deseo, proclamo este Sendero .

276. Vosotros mismos tenéis que esforzaros. Budas sólo son los que indican el camino. Aquellos que entran en el Sendero y cultivan la meditación se liberan de las garras de Mara.

277. “Todos los fenómenos condicionados son impermanentes.” Cuando uno comprende esto con sabiduría,
entonces uno se hastía de tal insatisfactoriedad. Éste es el Sendero de la purificación.

278. «Todos los fenómenos condicionados están sujetos al sufrimiento.» Cuando uno comprende esto con
sabiduría, se hastía de tal insatisfactoriedad. Este es el Sendero de la purificación.

279. “Todos los fenómenos condicionados son impersonales.” Cuando uno comprende esto con sabiduría, entonces uno se hastía de tal insatisfactoriedad. Éste es el Sendero de la purificación .

280. El que no se esfuerza cuando es el memento de esforzarse; el que, aún joven y fuerte, es indolente;el que es bajo en mente y pensamiento, y perezoso, ese vago jamás encuentra el Sendero hacia la
sabiduría.

281. Vigilante del habla y bien controlado en mente, que no haga mal con el cuerpo; que purifique esas tres vías de acción y alcance el sendero mostrado por los Sabios.

282. Verdaderamente, de la meditación brota la sabiduría. Sin meditación, la sabiduría mengua. Conociendo el doble camino de la ganancia y la pérdida, debe conducirse uno mismo de manera tal que
pueda aumentar la sabiduría.

283. Devasta el bosque de las pasiones. Desde el bosque de las pasiones emerge el miedo. Devastando el
bosque y la maleza de las pasiones, permaneced, oh monjes, libres de éstas.

284. Aun el mínimo deseo del hombre hacia la mujer, si no es aniquilado, atará mucho tiempo su mente, como el becerro a su madre la vaca.

285. Elimina tu arrogancia como se arranca la lila en otoño. Cultiva el Sendero de la paz. El Nibbana ha sido mostrado por el Iluminado.

286. Aquí viviré en la estación de las lluvias; aquí viviré en el otoño y en el invierno: así proyecta el necio. No se da cuenta del peligro de muerte .

287. La muerte alcanza y se lleva a aquel cuya mente está anclada en sus hijos y rebaños, como un gran río anega a un pueblo mientras duerme .

288. Los hijos no ofrecen ninguna protección, ni el padre, ni los parientes. Para aquel que está agarrado por la muerte, no puede haber refugio en ningún pariente.

289. Comprendiendo este hecho, que el hombre sabio, refrenado por la moralidad, aclare rápidamente el Sendero que conduce al Nibbana.


Cap tulo 21: Miscel nea

290. Si al renunciar a una peque a felicidad se vislumbra una felicidad mayor, entonces que el hombre sabio renuncie a la felicidad m s peque a en vista de la felicidad mayor.

291. Aquel que desea su propia felicidad causando sufrimiento a los otros, no est liberado del odio, puesto que l mismo est apresado en las redes del odio.

292. Lo que deber a hacerse, no se hace. Lo que no deber a hacerse, se hace: las impurezas, los impulses contaminantes de tales personas, arrogantes y negligentes, crecen.

293. Aquellos que siempre persisten en la pr ctica de la atenci n sobre el cuerpo, y no hacen lo que no debe hacerse, y constantemente hacen lo que debe hacerse, esos atentos y reflexivos ponen t rminos a las corrupciones.

294. Habiendo eliminado a la madre (avidez)y al padre (orgullo)ya los dos reyes (infinitismo y nihilismo), y habiendo destruido a un reino y sus habitantes (apego), uno se convierte en un iluminado.

295. Habiendo eliminado a la madre y al padre ya los dos reyes, y habiendo destruido el peligroso sendero (de los deseos sensoriales), se marcha sin dolor hacia el estado de iluminado.

296. Bien alertas se mantienen los disc pulos del Buda, y tanto de d a como de noche siempre recuerdan al Buda.

297. Bien alertas se mantienen los disc pulos del Buda, y tanto de d a como de noche siempre recuerdan la Doctrina.

298. Bien alertas y atentos se mantienen los disc pulos del Buda, y tanto de d a como de noche siempre recuerdan la Orden.

299. Bien alertas y atentos se mantienen los disc pulos del Buda, y tanto de d a como de noche siempre est n vigilantes a las sensaciones del cuerpo.

300. Bien alertas y atentos se mantienen los disc pulos del Buda, y tanto de d a como de noche se deleitan en no hacer da o.

301. Bien alertas y atentos se mantienen los disc pulos del Buda, y tanto de d a como de noche se deleitan en la meditaci n.

302. Dif cil es renunciar; dif cil es gozar. Dif cil y penosa es la vida familiar. Penosa es la asociaci n con los que nos son incompatibles. Penosa es la larga ruta del samsara. Para evitarla, no persigas el mal.

303. El que est lleno de confianza y virtud, posee gloria y riqueza y es honrado dondequiera que est o dondequiera que vaya.

304. Incluso desde un lugar tan lejano como las monta as del Himalaya, los buenos relucen. Pero los malevolentes, aunque cercanos, son invisibles, como las flechas lanzadas en la noche.

305. Aquel que se sienta solo, descansa solo, pasea solo, se autocontrola en soledad, hallar dicha en el bosque.


Cap tulo 22: La desgracia

306. El que no dice la verdad, va a un estado totalmente desgraciado, y tambi n el que habiendo hecho algo dice que no lo hizo. Ambos, por igual, despu s de la muerte pagar n sus acciones en otro mundo.

307. Muchos que visten la t nica amarilla son de mala disposici ny descontrolados. Debido a la suma de sus perversas acciones, nacer n en un estado desgraciado.

308. M s valdr a que el perverso se tragase una bola de acero candente como una llama de fuego, que ser
inmoral y descontrolada persona tomando las limosnas que le ofrecen las gentes.

309. Cuatro calamidades se precipitan sobre el hombre negligente que se asocia con mujeres de otros: la adquisición de deméritos, pérdida de sueño, sentimiento de culpa y un estado de lamentación .

310. Hay adquisición de deméritos lo mismo que hay un buen y un mal destino. Breve es la alegría del hombre y la mujer asustados. El Rey impone un grave castigo. Ningún hombre debe frecuentar a la mujer de otro .

311. De la misma manera que una brizna de hierba kusa mal cogida con la mano la corta, así la vida de un asceta mal enfocada le conduce a un estado de desgracia.

312. Cuando lo que debe ser hecho no es hecho, hay práctica corrupta y la vida santa es dudosa, no sobreviene ningún fruto.

313. Si algo debe ser hecho, uno debe hacerlo. Uno debe ir ascendiendo con firmeza, liberándose de los extremes.

314. Es mejor evitar hacer la mala acción, porque ésta es seguida por el remordimiento; mejor hacer la buena acción, tras la cual no se produce ningún estado de lamentación.

315. Como una ciudad fronteriza, bien custodiada por dentro y por fuera, guárdese uno a sí mismo. Que no descuide la oportunidad; para aquellos que descuidan la oportunidad, habrá nacimiento en un doloroso estado.

316. Aquellos que se avergüenzan cuando no deberían avergonzarse y que no se avergüenzan cuando deberían hacerlo, están condicionados por equivocados puntos de vista y se conducen hacia un estado de dolor.

317. Aquellos que temen lo que no debe ser temido y no temen lo que debe ser temido, están condicionados por equivocados puntos de vista y se conducen hacia un estado de dolor.

318. Imaginan como equivocado lo que no es equivocado y como no equivocado lo que sí lo es: seres que mantienen tales falsos puntos de vista se desploman en un estado de dolor.

319. Conociendo lo equivocado como equivocado y lo acertado como acertado: esos seres, adoptando la visión correcta, alcanzan un estado de felicidad.


Capítulo 23: El elefante

320. De la misma manera que un elefante en el campo de batalla soporta la flecha que se le lanza desde un arco, así uno debe soportar las abusivas palabras que se le dirijan. Verdaderamente, la mayoría de los hombres poseen una naturaleza enferma.

321. Llevan a una asamblea elefantes entrenados. El rey monta el animal entrenado. Los mejores entrenados entre los hombres son los que resisten el abuse.

322. Excelentes son las mulas entrenadas, así como los briosos corceles del Sind y los nobles y sólidos elefantes; pero mucho mejor es el que se ha ejercitado a sí mismo.

323. Seguramente, jamás con tales vehículos se alcanzará el Nibbana, sino controlándose a través del sometimiento y el autoentrenamiento.

324. El incontrolable elefante Dhanapalaka, cuando está en cautiverio, no come, porque recuerda al elefante del bosque.

325. El estúpido, cuando es torpe, glotón, perezoso y se enfanga como un cerdo en la pocilga, renacerá una y otra vez.

326. Previamente, esta mente vagaba donde le placía, como a ella se le antojaba. Hoy, con sabiduría, yo la controlaré como el conductor controla el elefante en ruta.

327. Gozar de la atención pura, vigilad vuestras mentes, salid del fango de las pasiones como lo conseguiría un elefante hundido en el fango.

328. Si encontráis un amigo inteligente (quien es apropiado) para acompañaros, de buena conducta y prudente, en tal caso vivid con él felizmente y vigilantes, venciendo todos los obstáculos.

329. Si no encontráis un amigo inteligente para acompañaros, de buena conducta y sagaz, entonces vivid solos como el rey que ha renunciado al país conquistado, o como un elefante que se pasea a voluntad por el bosque.

330. Es mejor vivir solo; no hay amistad con un necio. Que uno viva solo, evitando todo mal, estando libre de preocupaciones, como un elefante paseándose solo por el bosque.

331. Es deseable tener amigos cuando surge una necesidad; feliz aquel que está contento con cualquier cosa que haya; el mérito obtenido es agradable (consolador) cuando el fin de la vida se avecina; feliz es el abandono de todos los sufrimientos .

332. En este mundo proporciona felicidad atender a la madre; felicidad atender al padre; felicidad atender a los ascetas, y felicidad, también, atender a los Nobles.

333. Feliz es la virtud milenaria; feliz es la confianza bien establecida; feliz es la adquisición de la sabiduría; feliz es la abstención del mal.


Capítulo 24: Avidez

334. Los deseos de un hombre negligente crecen como la enredadera maluva. El corre de aquí para allá (de una a otra vida) como un mono en el bosque buscando la fruta.

335. Quienquiera que en este mundo es vencido por el vasto deseo, el apego, sus penas crecerán como la hierba birana después de haber llovido.

336. Pero quienquiera que en este mundo vence el vasto deseo, tan difícil de doblegar, sus penas le abandonarán como el agua se desliza por la hoja del loto.

337. Yo declaro esto: ¡Afortunados los que os habéis reunido aquí! Cortad las raíces de la avidez como el que corta la dulce raíz de la birana. No seáis como el junco, al que Mara arrasa una y otra vez.

338. De la misma forma que un árbol cortado crece de nuevo si sus raíces están firmes e intactas, de igual modo, cuando permanecen las raíces del deseo sin haber sido destruidas, el sufrimiento surge una y otra vez.

339. Las treinta y seis corrientes del deseo que arrastran hacia el placer vigorosamente, encadenan a la persona de mente ofuscada, llevándola tras el torrencial apego.

340. Las corrientes (del deseo) fluyen por todas partes. Sus raíces retoñan y se desarrollan. Contemplando cómo retoñan, hay que cortar esas raíces con la sabiduría.

341. En los seres surgen los placeres y son saturados por la avidez. Inclinados hacia la felicidad, buscan la felicidad. Verdaderamente, tales hombres nacerán y decaerán.

342. Acorralados por la avidez, están aterrados como liebres cautivas. Encadenados por grilletes, hallarán sufrimiento una y otra vez por mucho tiempo.

343. Los seres humanos atrapados en el deseo sienten el mismo terror que una liebre atrapada en el cepo. Por ello, que abandone el deseo aquel monje que desea el desapego.

344. Quienquiera que, liberado del deseo, encuentra disfrute en el bosque, pero más adelante es tentado por el deseo y vuelve a casa, tal hombre, ¡cotempladlo!, era libre y ha vuelto a la esclavitud.

345, Aquello que es fuerte no es la atadura hecha de hierro, madera o cuerda, sino el apego a piedras preciosas y adornos, el anhelo de mujer e hijos, tal es la gran atadura.

346. La atadura es fuerte, dicen los sabios. Pero incluso esta atadura que amarra a los seres -que se afloja, pero tan difícil es de cortar totalmente-, los sabios acaban cortándola definitivamente y, abandonando los placeres de los sentidos, libres de anhelos, renuncian.

347. Aquellos que están infatuados con la codicia penetran en una corriente que les atrapa como la tela que la araña ha tejido de sí misma. Por esta razón, el sabio corta con todo ello y se aleja abandonando toda tribulación.

348. Abandonad el apego al pasado; abandonad el apego al futuro; abandonad el apego al presente. Cruzando a la otra orilla del devenir, la mente, liberada por todas partes, no retornaréis al nacimiento y el envejecimiento.

349. El que se perturba con perversos pensamientos, que es excesivamente ávido, que se recrea en pensamientos de apego y aumenta más y más la avidez, hace cada vez más sólidos los grilletes de Mara.

350. El que se recrea en someter los males pensamientos, medita en las impurezas del cuerpo, permanece muy atento y se esfuerza por superar la avidez, él se libera de los grilletes de Mara.

351. El que ha alcanzado la meta, sin miedo, permanece sin avidez, desapasionado, ha eliminado las espinas de la vida. Este es su último renacimiento .

352. El que permanece sin avidez ni aferramiento, y es sagaz en la etimología y los términos, y conoce los grupos de letras y sus secuencias, está llamado a vivir su último renacimiento, siendo un gran hombre de profunda sabiduría.

353. Yo todo lo he dominado, todo lo conozco. De todo me he desapegado. A todo he renunciado. He destruido totalmente toda avidez. Habiendo comprendido todo por mí mismo, ¿a quién llamaré mi maestro?

354. El regale de la Verdad es más excelso que cualquier otro regale. El saber de la Verdad es más excelso que cualquier otro saber. El placer de la Verdad es más excelso que cualquier otro placer. El que ha destruido la avidez, ha superado todo sufrimiento.

355. La riqueza arruina al necio, que no busca el Nibbana. Por culpa del aferramiento a las riquezas, los hombres ignorantes se arruinan a sí mismos ya los otros.

356. La cizaña daña los campos como la avidez a la humanidad. Por lo tanto, cuando se produce sin avidez, los frutos son abundantes.

357. La cizaña daña los campos como el odio daña a la humanidad. El que se desembaraza del odio, produce abundantes frutos.

358. La cizaña daña los campos como la ignorancia a la humanidad. Por lo tanto, el que se desembaraza de
la ignorancia, produce abundantes frutos.

359. La cizaña daña los campos como la codicia daña a la humanidad. Por lo tanto, el que se desembaraza de la codicia, produce abundantes frutos.


Capítulo 25: El monje

360. Refrenar el ojo es bueno. Refrenar el oído es bueno. Refrenar la nariz es bueno. Refrenar la lengua es bueno.

361. Refrenar el cuerpo es bueno. Refrenar la palabra es bueno. Refrenar la mente es bueno. El control general es bueno. El monje que se controla completamente es liberado de todo dolor.

362. Aquel que se controla en mano, en pie y en habla, poseyendo el más alto control, gozando interiormente, dominado, solo, contento, ése es llamado monje.

363. Dulces son las palabras del monje que ha amaestrado su lengua, que se expresa con sabiduría, que no es petulante y que expone el significado del texto.

364. Que el monje more en la Doctrina, que se deleite en la Doctrina, que medite en la Doctrina, que recuerde bien la Doctrina, que no se extravíe de la sublime Doctrina.

365. Uno no debe despreciar lo que uno ha recibido, no debe envidiar lo de los otros. El monje que envidia a los otros no alcanza la calma mental.

366. Aunque reciba muy poco, el monje no lo desprecia, e incluso los dioses veneran a ese de vida pura y esforzada.

367. El que no piensa yo y m o con respecto a su mente ya su cuerpo, y que no se tribula por lo que
es o no es, se, por supuesto, es denominado un monje.

368. El monje que permanece en el amor benevolente, que goza en la Doctrina, alcanza el Nibbana, que es la superaci n de todos los fen menos condicionados.

369. Vac a, oh monje, esta barca (de la vida). Vaciada por ti, se mover con celeridad. Eliminando la avidez y las pasiones, viajar s hacia el Nibbana.

370. Lib rate de cinco cosas, rechaza cinco cosas, cultiva cinco cosas. El monje que va m s all de las cinco ataduras es denominado El que cruza de la corriente .

371. Medita, oh monje. No seas inatento. No dejes que tu mente se disperse con placeres sensuales. No permanezcas inatento y te dejes consumir como una bola de acero. Abras ndote, no tendr s que gritar:
Esto es sufrimiento.

372. No hay concentraci n para el que no tiene sabidur a; no hay sabidur a para el que no se concentra.
En aquel que hay concentraci ny sabidur a, se verdaderamente est pr ximo al Nibbana .

373. Aquel monje que ha entrado en un lugar vac o, la mente calmada y capaz de ver con Visi n Cabal la Doctrina, consigue la dicha suprema que trasciende la de los hombres.

374. Al contemplar el surgir y desvanecerse de los Agregados (mente-cuerpo), experimenta dicha y felicidad. El que tal percibe, llega al Nibbana.

375. Esto es lo que llega a ser lo principal para un monje: control sensorial, contento, observancia estricta del C digo de Conducta, asociaci n con ben volos y energ ticos amigos que viven con total pureza.

376. Sea cordial en sus maneras y refinado en su conducta; saturado de gran j bilo, lograr poner fin a todo sufrimiento.

377. Como palidecen y caen las flores del jazm n, arrojad fuera y totalmente la avidez y la malevolencia
.

378. El monje que es calmo en cuerpo, calmo en la palabra, calmo en la mente, bien dispuesto y que se ha despojado de las cosas mundanas, es verdaderamente denominado uno en plena paz .

379. Oh, monje!, m rate a ti mismo con ojos cr ticos; exam nate a ti mismo. Cuidando de ti mismo y vigilante, oh, monje!, vivir s felizmente.

380. Uno mismo es su propio protector; uno mismo es su propio refugio. Por lo tanto, que uno mismo se cuide de la misma forma que el vendedor de caballos cuidar al buen caballo.

381. Lleno de alegr a, lleno de confianza en la Ense anza del Buda, el monje obtendr el Estado de Paz, no afectado ante los fen menos condicionados, jubiloso.

382. El monje que mientras es joven se aplica a la Ense anza del Buda, ilumina este mundo como la luna libre de nubes.


Cap tulo 26: El noble

383. Esforzado y resistente, cruza la corriente. Descarta, oh noble, los deseos sensoriales. Conociendo la aniquilaci n de los fen menos condicionados, s, oh noble, un conocedor del Nibbana.

384. Mediante la meditaci ny la Visi n Cabal, el noble alcanza la m s alta Sabidur ay, liber ndose de toda atadura del que sabe, se extingue.

385. Aquel para el que no existe ni esto ni aquello, ni yo ni m o, est alerta y liberado de las pasiones, a se llamo yo un noble.

386. Al que es meditativo, puro y tranquilo, que ha llevado a cabo su deber y est libre de corrupciones, habiendo alcanzado la más Alta Meta, a ése llamo yo noble.

387. El sol brilla de día; la luna brilla de noche; en su armadura brilla el rey guerrero; en la meditación brilla el noble. Pero todo el día y toda la noche brilla el Buda en su esplendor.

388. Porque ha descartado el mal, es llamado noble; porque vive en paz, es llamado monje; porque ha
abandonado las impurezas, es llamado recluso.

389. Nunca debe dañarse a un noble, ni deberá el noble devolver el daño al que se lo ha provocado. Se avergüence aquel que lastime a un noble. Más se avergüence el noble que quiera vengarse .

390. No es pequeña la recompensa del noble que no toma represalias. Cuando la mente es apartada del placer y cesa el intento de dañar, el sufrimiento amaina.

391. El que no comete ningún mal con el cuerpo, la palabra y la mente, el que se autocontrola en estos tres aspectos, a ése llamo yo noble .

392. Reverénciese devotamente a cualquiera que haya comprendido la Doctrina predicada por el Iluminado, como un brahmán reverencia el sacrificio del fuego.

393. No por dejarse el pelo trenzado, ni por el linaje, ni por el nacimiento se vuelve uno un noble, sino aquel que es verdadero y recto, puro, ése es un noble.

394. ¿De qué sirve el pelo trenzado, oh necio ? ¿De qué sirve tu ropa de antílope ? Interiormente estás lleno de pasiones, pero permaneces limpio por fuera.

395. Al hombre que lleva túnica hecha de apaños, que es delgado, de vigorosas venas, que medita solo en
el bosque, a ése llamo yo noble.

396. Yo no llamo merecidamente noble a uno porque ha nacido en tal linaje o de madre brahmín. No puede serlo merecidamente quien no se ha liberado de los impedimentos. El que está libre de impedimentos (mentales), libre de ataduras, a ése llamo noble.

397. El que ha cortado todas las ataduras y no tiembla, el que ha ido más allá de toda atadura y es libre, a ése llamo yo noble.

398. El que ha cortado la correa (de la malevolencia), las riendas (de la codicia) y la cuerda (de las herejías), junto con la erradicación de las tendencias latentes, y ha diluido la ignorancia y es un iluminado, a ése llamo yo noble .

399. El que sin odio padece reproches, golpes y castigos, para quien la paciencia es su arma y poder, a ése llamo yo noble.

400. Quien carece de cólera, pero es firme, virtuoso, libre de avidez, autocontrolado y que éste será su último renacimiento, a ése llamo yo noble .

401. Aquel que como el agua en la hoja del loto, o como el grano de mostaza en la punta de una aguja, no
se agarra a los placeres, a ése llamo yo noble.

402. Al que en esta vida ha efectuado la aniquilación del sufrimiento, que es libre de sus Agregados (cuerpo-mente) y se ha emancipado de las trabas mentales, a ése llamo yo noble.

403. Aquel cuya sabiduría es profunda, que posee la Visión Cabal, adiestrado en conocer cuál es el sendero correcto y cuál el equivocado, que ha alcanzado el final más elevado, a ése llamo yo noble.

404. Quien no intima con los que tienen hogar ni con los que no lo tienen, que libre vagabundea, sin deseos, a ése llamo yo un noble.

405. Aquel que ha dejado de lado el palo de la violencia hacia los seres, débiles o fuertes, que no mata ni causa muerte, a ése llamo yo noble.

406. Aquel que es amigo entre los hostiles, controlado entre los armados, desapegado entre los apegados, a ése llamo yo noble.

407. Aquel cuyo deseo y odio, orgullo e ignorancia han caído como la semilla de mostaza desde la punta
de la aguja, a ése llamo yo noble.

408. Aquel que sólo profiere palabras gentiles, instructivas y veraces, que habla sin ofender a nadie, a ése llamo yo noble.

409. Aquel que en este mundo no coge nada que no le den, sea valioso o sin valor, pequeño o grande, agradable o desagradable, a ése llamo yo noble.

410. Aquel que no tiene anhelos en este mundo ni en el próximo, libre de deseos y emancipado, a ése llamo
yo noble.

411. Aquel que a través del conocimiento, está libre de dudas, y se ha establecido firmemente en el Nibbana, a ése llamo yo noble.

412. Quien ha trascendido las ataduras tanto del mal como del bien, libre de pena, libre de contaminaciones y puro, a ése llamo yo noble.

413. Aquel que está libre de mancha, inmaculado como la luna, puro, absolutamente sereno y claro, que ha
destruido la sed del devenir, a ése llamo yo noble.

414. Quien ha superado la avidez, este dificultoso sendero, el océano de vida, la ignorancia, el que ha cruzado y llegado más allá, que es meditativo, libre de aferramiento y dudas, que a nada se encadena y ha alcanzado el Nibbana, a ése llamo yo noble.

415. El que ha abandonado los deseos sensoriales, ha renunciado a la vida mundana y no tiene hogar, ha destruido todos los deseos sensoriales y devenido libre, a ése llamo yo noble.

416. Aquel que en este mundo ha superado la avidez, renunciando a la vida mundana y viviendo sin hogar,
el que ha destruido la avidez y devenido libre, a ése llamo yo noble.

417. Aquel que ha descartado las ataduras mundanas y celestes, y está completamente liberado de ellas,
a ése llamo yo noble.

418. El que está más allá del placer y el displacer serene, sin manchas, y que ha conquistado sus Agregados (mente-cuerpo), y es tenaz, a ése llamo yo noble.

419. Aquel que conoce el camino de los seres que mueren y renacen, que no se apega, que camina hacia el
Nibbana y se ilumina, a ése llamo yo noble.

420. Aquel cuyo destine ni los dieses ni los semidioses, ni tampoco los hombres conocen, que ha destruido
todas las impurezas y que ha conseguido la meta, a ése llamo yo noble.

421. Aquel que no se agarra a los Agregados, que son pasado, futuro o presente, que permanece sin
encadenarse y sin aferramiento, a ése llamo yo noble.

422. Aquel sin miedo, el noble, el héroe, el gran sabio, el conquistador, sin deseos, el limpio, el iluminado,
a ése llamo yo noble.

423. Aquel sabio que conoce sus vidas previas, que percibe el cielo y el infierno, que ha llegado al final de los nacimientos y que ha alcanzado el Conocimiento Supremo y ha completado su labor viviendo la vida santa, a ése llamo yo noble .

–> Visto en: http://www.oshogulaab.com/BUDA/TEXTOS/budadamapada.htm

Artikel Berikutnya